© Malut Post - Pemimpin Bobato Aherat |
Fungsi dan Peran Bobato Akhirat di Kesultanan Ternate
Sultan Ternate pertama yang menerapkan Syariat Islam dalam pemerintahannya adalah Sultan ke-18, Sultan Zainal Abidin. Salah satu langkahnya adalah membentuk lembaga adat bernama Bobato Akhirat. Lembaga ini menjadi Mahkamah Agung Kesultanan yang mengurusi masalah keimanan dan peribadatan. ”Yang jelas, peranan Bobato Akhirat terkait dengan masalah keagamaan. Kalau di bulan Ramadan, tugasnya termasuk menyelenggarakan salat wajib, sunah, dan tadarusan di Sigi Lamo (Masjid Kesultanan, red),” ungkap Ibrahim H Ahmad, Jou Kalem (Imam Besar Masjid Sultan), seperti dilansir dari Malut Post.Dalam struktur adat di Kesultanan Ternate, Bobato Akhirat memegang peran yang penting untuk urusan Spritual Kesultanan Ternate. Tugas Bobato Akhirat adalah mengurus keagamaan, hingga menyebarkan Islam di seluruh wilayah Kesultanan. Struktur perangkat ini sudah ada sejak masa kekuasaan Sultan Zainal Abidin pada abad ke-15.
Bobato Akhirat disebut juga Jou Lebe (Badan Syariah). Lembaga ini dipimpin seorang Qadhi (Ketua Mahkamah Syariah). Sang Qadhi membawahi para imam, khatib, dan sejumlah staf pelaksana. Di dalam tubuh Bobato Akhirat, terdapat Imam Jiko, Imam Jawa, Imam Sangaji, Imam Moti, dan Imam Bangsa. Selain imam, ada pula khatib. Mereka adalah pejabat pelaksana dakwah dan syiar Islam. Sama halnya dengan imam, khatib juga terdapat beberapa, yakni Khatib Jiko, Khatib Jawa, Khatib Sangaji, Khatib Moti, Khatib Bangsa, dan Khatib Juru Tulis. ”Dari para imam dan khatib, serta para joguru (guru mengaji, red) inilah syiar dan dakwah Islam ditegakkan ke seluruh pesisir jazirah Maluku Utara,” tutur Qadhi Kesultanan Ternate, KH Ridwan Dero.
Tak hanya di kawasan Maluku Utara, penyebaran Islam oleh Bobato Akhirat juga merambah hingga ke Sulawesi Utara, pantai timur Pulau Sulawesi, Seram Barat, Kailolo, dan Papua.
Di samping Bobato Akhirat, Kesultanan juga memiliki Bobato Dunia. Sesuai namanya, Bobato Dunia mengurusi segala urusan yang berhubungan dengan keduniawian, seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Pada zaman dahulu, tugas seorang anggota Bobato Akhirat amat berat. Pasalnya, mereka diwajibkan melaksanakan salat hari-hari besar di Sigi Lamo. Belum adanya kendaraan membuat Bobato Akhirat harus berjalan kaki ke masjid, tak peduli seberapa jauh tempat tinggalnya. ”Misalnya ia tinggal di Foramadiahi (kampung di Kecamatan Pulau Ternate, red), salat Jumat-nya di Masjid Sultan. Usai salat, ia pulang berjalan kaki. Kami Bobato Akhirat sekarang sudah dimudahkan dengan adanya kendaraan ke mana-mana,” papar Ibrahim.
Dalam keseharian, tugas para Bobato Akhirat adalah memastikan penyelenggaraan ibadah di Masjid Sultan terlaksana dengan baik. Jadi mereka bertindak sebagai tuan rumah, dengan para jamaah adalah tamunya. ”Terutama di bulan Ramadan, tidak boleh ada kekosongan Bobato Akhirat di masjid. Selain selalu ada, juga harus on time hadir di masjid,” terang Ibrahim.
Sebelum melaksanan ibadah pada hari-hari besar, Bobato Akhirat terlebih dulu harus menghadap Sultan. Selain meminta restu untuk menyelenggarakan salat, juga meminta pengesahan sebagai pelaksana tugas. ”Tradisi ini berlaku pada pelaksanaan ibadah Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha. Jadi harus melapor dulu ke Sultan,” tambah Ibrahim.